Para Wisatawan Purbakala Masa Silam
Salah
satu buku Erich Von Daniken yang menghebohkan dunia dan telah di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berjudul: Nenek moyang kita
dikunjungi astronaut bintang lain, keluaran tahun 80-an.
Sejarah masa silam masih terlalu kabur bagi kita. Sejarah hidup nenek
moyang yang sebenarnya masih sulit untuk kita gambarkan, dan
benda-benda yang mereka tinggalkan masih sangat sulit untuk kita
tafsirkan maknanya.
Apa maksud sebenarnya dari pembangunan situs-situs purbakala seperti
Baalbeck dan
Tiahuanaco (Tiwanaku)?
Apa tujuan mereka membuat bentuk-bentuk rumit dari gambaran-gambaran luas yang luar biasa di tanah tandus
Nazca?
Dan makhluk apakah yang mereka gambarkan sebagai sosok aneh berhelm di dalam gua-gua itu?
Ya, berbicara mengenai prasejarah memang akan lebih banyak menemukan
pertanyaan daripada jawaban. Jika kita gemar mengamati dan melakukan
studi terhadap peninggalan-peninggalan prasejarah di seluruh dunia, akan
mudah bagi kita untuk menemukan bukti dari kehadiran angkasawan antar
bintang masa silam.
Panoramic view of the Great Court of Baalbek temple complex
Para
wisatawan antar bintang yang mendarat di bumi, melakukan serangkaian ekspresimen penelitian disini, dan bersikap ramah terhadap nenek moyang kita.
Temple of Jupiter in Baalbek
Sebaliknya juga demikian dengan masyarakat di bumi yang masih biadab,
mereka anggap makhluk-makhluk berjubah aneh dengan kendaraan yang “
bersuarakan petir” dan “
meludahkan api” itu sebagai makhluk -makhluk yang selama ini mereka sembah. Makhluk-makhluk dengan “
kekuatan super” yang dianggap sebagai dewa.
Walaupun petualang antariksa kita menjelaskan dengan susah payah bahwa mereka bukan merupakan makhluk “
super” yang selama ini mereka sembah, namun tidak akan ada gunanya.
Toh nantinya masyarkat yang masih biadab itu tetap akan sulit
menerima dengan akal mereka mengenai kendaraan terbang yang
menyala-nyala, benda-benda aneh yang dapat mengeluarkan suara, dan
berbagai macam beda-benda “
sakti” milik “
dewa” lainnya.
Pintu
gerbang gapura kota Matahari, "Gateway of the Sun", Tiwanaku (daerah
Bolivia), digambar oleh Efraim Squier pada tahun 1877.
Pintu
gerbang gapura kota Matahari, "Gateway of the Sun" pada saat ini...
Bahkan menurut Erich Von Daniken, kota Matahari ini sudah puing saat
manusia belum memiliki peradaban..!.
Para penggagas teori astronot kuno pada umumnya memang menganjurkan
kita untuk meninjau kembali mitologi-mitologi kuno dari
peradaban-peradaban masa silam diseluruh dunia.
Namun, sebelum melakukan studi singkat mengenai itu semua, buanglah
jauh-jauh anggapan bahwa tulisan-tulisan kuno dan bentuk-bentuk kesenian
yang mereka gambarkan sebagai sesuatu yang fiktif / karangan omong
kosong belaka dan terlalu imajinatif.
Mulailah meyakini bahwa apa yang diciptakan oleh nenek moyang kita
dahulu, baik itu catatan, arca-arca, lukisan-lukisan merupakan sebuah
gambaran dari apa yang benar-benar mereka alami/saksikan secara
langsung.
Mulailah melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya pengunjung purbakala dari berbagai peninggalan mereka tersebut.
Sego Canyon, Utah, c. 5,500 BC
Jika kita jeli mengamati hal ini, benang merah dari sebagian misteri
prasejarah perlahan-lahan akan muncul satu persatu ke permukaan.
Sumeria
kuno dikatakan merupakan salah satu peradaban yang memiliki kekayaan
besar dalam kultur kebudayaan mereka. Salah satu yang menarik dari
peninggalan bangsa ini ialah epik kepahlawanan
Gilgamesh.
Di dalam epik tersebut, dikisahkan mengenai sesosok manusia luar biasa yang dianggap setengah dewa, ia memiliki berbagai macam “
tongkrongan” super dan dapat terbang keruang angkasa.
Artifak dari Val Comonica, Italy, c. 10,000 BC gambar direproduksi ulang
Terlalu umum? iya, ini cerita yang sudah terlalu umum pada mitologi
bangsa di dunia. Namun, ada beberapa hal yang membuat predikatnya
menjadi tidak umum apabila ini hanya sebatas merupakan imajinatif.
Didalam epik
Gilgamesh,
keadaan ruang angkasa digambarkan dengan begitu detailnya, mengenai
bagaimana keadaan di ruang hampa udara tersebut, gravitasi-nya dan
bentuk-bentuk gambaran benda-benda diruang angkasa termasuk bumi.
Semuanya bahkan digambarkan sangat tepat.
Darimanakah si pengarang cerita dapat mengetahui gambaran sebegitu
detail mengenai hal itu semua? Mungkinkah ada seseorang yang pernah
terbang mengarungi ruang angkasa dimasa silam, kemudian ia
mengisahkannya ke bangsa Sumeria?
Menarik memang apabila penjelajah ruang angkasa ini adalah yang mereka sebut sebagai Gilgamesh, si manusia setengah dewa itu.
Kitab-kitab India kuno juga tidak mau kalah untuk memberikan
informasi mengenai pengunjung-pengunjung antar bintang masa silam.
Didalam kitab-kitab kuno India, digambarkan mengenai mesin-mesin terbang
yang disebut sebagai
Vimana.
Vimana merupakan kendaraan terbang yang dikatakan merupakan tunggangan para dewa. Mengeluarkan suara petir dan meludahkan api.
Bahkan gambaran mengenai bentuk spesifik dan cara membuat mesin-mesin
ini juga diterangkan di salah satu kitab mereka. Di legenda
Atlantis juga terdapat benda serupa yang sering disebut sebagai
Vailixi.
Terlihat
salah-satu artifak peninggalan nenek moyang manusia ribuan tahun yang
lalu di sebuah goa pra-sejarah di Val Comonica, Italy
Teori tentang Atlantis memang sering sekali dihubungkan dengan
peninjauan terhadap para petualang antar bintang masa silam. Di
peradaban ini dikenal juga
Zep Tepi, Dewa yang datang dari jauh dan mengajarkan mereka banyak ilmu.
Di Cina, kita temukan mengenai artifak suku
Dropa kuno yang
menceritakan mengenai kedatangan para dewa mereka dengan
kendaraan-kendaraan terbang, kemudian menggambarkannya di dalam
piringan-piringan batu dan logam yang kini kita sebut sebagai
Dropa Stone.
Terlihat
salah-satu artifak peninggalan nenek moyang manusia ribuan tahun yang
lalu di sebuah goa pra-sejarah di Val Comonica, Italy, bergambar makhluk
luar Bumi memakai pakaian astronaut lengkap dengan helm dikepalanya.
Diperkirakan digambar pada tahun 10,000 sebelum masehi.
Kemudian
Popol Vuh, kitab yang disucikan oleh Bangsa
Maya
dimana didalamnya juga menceritakan sosok laki-laki yang datang dari
suatu konstelasi bintang dengan kendaraan terbangnya, kemudian
mengajarkan ilmu falak (astronomi) kepada mereka.
Lalu jangan lupakan mengenai suku
Dogon. Suku primitif yang mendiami suatu wilayah di Mali ini sangat tahu segalanya mengenai suatu gugus bintang redup Sirius-B.
Robert K.G Temple didalam bukunya “
The Sirius Mystery” mengisahkan tentang adanya pemujaan yang dilakukan oleh
Suku Dogon terhadap makhluk-makhluk yang mereka hubungkan dengan sistem bintang
Sirius.
The
Dropa Stones. Terkubur oleh zaman di lantai suatu gua, terdapat ratusan
piringan batu (disk stones). Berdiameter sekitar sembilan inci,
masing-masing memiliki lingkaran ditengah dan terukir dengan alur
spiral, terlihat oleh seluruh dunia seperti piringan hitam kuno
(piringan musik) berumur 10.000-12.000 tahun. Alur spiral tsb, ternyata,
terdiri dari huruf hieroglif kecil yang menceritakan kisah yang
menakjubkan tentang pesawat ruang angkasa dari dunia yg jauh yang jatuh
di pegunungan tersebut.
Anehnya , tanpa peralatan-peralatan ilmiah yang canggih, Suku Dogon mengetahui secara teliti gerakan maupun karakteristik “
pengiring”
bintang Sirius yang sangat-sangat sulit untuk diamati oleh mata
telanjang. Sirius merupakan bintang kembar yg jauhnya 8,7 tahun cahaya
dari bumi.
Hipotesis Temple yang cukup berani lagi menyatakan bahwa 3000 tahun
Sebelum Masehi, bumi purba pernah dikunjungi oleh makhluk dari kawasan
Sirius.
Hipotesis Temple ini bukanlah suatu hal yang mengada-ada, sebab ia
secara langsung membaur dengan masyarakat Dogon di Mali dalam penelitian
panjangnya.
Memang benar adanya bahwa Suku Dogon juga memiliki legenda terhadap wisatawan antar bintang masa silam, bahkan sosok “
tamu” yang jauh itu mereka abadikan dalam bentuk arca kuno yang kini telah berusia ribuan tahun.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa terlalu banyak legenda mengenai
para wisatawan antar bintang yang dapat kita temui disetiap
kebudayaan-kebudayaan kuno di seluruh dunia.
Bap kororoti
Alencar Jean, seorang peneliti astronot kuno mencatat mengenai
peninggalan-peninggalan dari peradaban kuno di amerika latin yang
memiliki berbagai macam artifak berbentuk kendaraan terbang. Salah satu
artifak yang ia temukan dan memiliki daya tarik tersendiri ialah apa
yang disebut sebagai
Bap-kororoti.
Bap-Kororti merupakan sosok yang dipuja oleh suku bangsa kuno di
Amerika Latin itu. Dikatakan, ia merupakan seorang prajurit yang berasal
dari ruang angkasa yang memiliki kendaraan perang yang menyala-nyala.
Kendaraan inilah yang kemudian mengilhami bentuk-bentuk artifak yang sering mereka ciptakan.
Artifak "Great Martian Gods" yang ditemukan di bukit Tassili. Terlihat gambar sosok yang sedang memakai helm astronot.
Arkeolog, Dr. W. Matthes memperkenalkan salah satu artifak berbentuk
ukiran/pahatan kuno diatas batu yang diciptakan oleh seniman prasejarah
enam ribu tahun yang lalu. Artifak ini ditemukan oleh Henry Lothe,
seorang penjelajah Prancis di abad ke-19.
Artifak yang kemudian diberi nama
Great Martian Gods yang
ditemukan di bukit Tassili ini memiliki gambaran yang sangat detil
mengenai sosok tubuh manusia ber-helm yang sangat mirip dengan gambaran
astronot masa kini.
Gambaran sejenis juga dapat kita temukan di beberapa gua-gua kuno di
seluruh dunia, mulai dari Luscaux, Prancis, Ojo Guaera, Spanyol hingga
di Cina.
Artifak lainnya yang ditemukan di bukit Tassili
Temuan citra-citra seperti ini juga terdapat di sekitar Gurun Sahara.
Dimana disana juga tersebar lukisan-lukisan makhluk aneh menggunakan
helm dan berjubah yang digambarkan oleh para seniman prasejarah bagaikan
melayang-layang dalam keadaan tak berbobot di ruang angkasa yang hampa
udara.
Gambaran-gambaran ini membuktikan bahwa leluhur kita dengan
kesederhanaan, kejujuran serta kepolosan mencoba untuk menuangkan apa
yang mereka saksikan itu kedalam berbagai media.
Siapakah sebenarnya model-model berjubah dan berhelm yang digambarkan
dengan susah payah oleh para nenek moyang kita yang berjiwa seniman
prasejarah ini?
Benarkah bahwa nenek moyang kita pernah dikunjungi astronot bintang
lain? Masih banyak ratusan pertanyaan lainnya yang belum terjawab yang
kini masih tersimpan dikantong para ilmuwan dunia. (iic.wp)
Egyptian hieroglyphs di Mesir, menggambarkan kendaraan mirip helikopter, pesawat terbang dan kendaraan terbang lainnya.
*****
*****