JAKARTA - Para astronom menata ulang pencarian kehidupan berkecerdasan di planet-planet asing, dan mereka telah mendapatkan ribuan target untuk dipindai.
Setelah "tidur" selama lebih dari tujuh bulan, serangkaian teleskop radio yang dioperasikan Institut SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) memulai lagi mendengarkan sinyal-sinyal dari planet-planet asing yang ditemukan teleskop ruang angkasa Kepler milik NASA, demikian para peneliti seperti dikutip Space.com.
"Pagi ini, pada pukul 6.18, kami telah memulai pengamatan kembali dunia-dunia Kepler," kata Jill Tarter, Direktur Center for SETI Research pada Institut SETI, Senin lalu, di tengah Konferensi Sains Kepler di Pusat Riset Ames milik NASA.
"Kami sangat senang bisa kembali ke udara hari ini," kata Ta
rter lagi.
Rangkaian Teleksop Allen (ATA) milik SETI adalah serangkaian 42 piringan radio yang berlokasi sekitar 500 kilometer arah timur laut San Francisco.
ATA telah memulai memindai tempat-tempat technosignature --yaitu sinyal-sinyal elektromagnetis yang dapat menyanggah adanya peradaban asing di luar Bumi-- pada 2007.
Para peneliti SETI baru-baru ini memulai menggunakan penemuan Kepler itu untuk memandu aktivitas ATA.
Kepler diluncurkan pada Maret 2009 dengan misi memburu planet-planet seukuran Bumi di zona 'bisa ditinggali kehidupan' dalam sistem bintang-bintang yang berada dalam jarak di mana air --dan tentunya kehidupan seperti manusi kenal-- berada.
Januari tahun ini, kata Tarter, tim SETI memulai pelatihan ATA pada 54 calon planet yang dideteksi Kepler di zona 'bisa ditinggali kehidupan'.
Namun kegiatan ini tidak bertahan lama. SETI mesti mematikan ATA April lalu karena masalah anggaran yang memaksa mantan mitra Institut SETI --Universitas California, Berkeley-- mundur dari proyek itu.
SETI meluncurkan laman bersponsor banyak, www.setistars.org, demi mengembalikan rangkaian teleskop itu bekerja kembali.
WASHINGTONG – Biasanya, di ruang pengendali misi di Laboratorium NASA Jet Propulsion terdapat larangan meminum sampanye. Namun, tahun baru kemarin larangan tersebut sejenak dilupakan setelah sepasang pesawat ruang angkasa NASA tiba di bulan untuk menjalankan misi pertamanya, mempelajari gravitasi bulan.
Perjalanan Grail-A dan Grail-B ke bulan tersebut menghabiskan waktu tiga setengah bulan dengan jarak tempuh 2,5 juta mil. Kecepatan keduanya jauh lebih lama dari penerbangan ke bulan oleh para astronot Apollo yang hanya menghabiskan waktu tiga hari.
Sejak roket Grail, yang seukuran mesin cuci, diperas menjadi sebuah roket kecil demi penghematan biaya, perjalanan ke bulan menjadi 30 kali lebih lama dibandingkan lama waktu yang ditempuh para astronot Apollo. "Kita bisa merayakan tahun baru sekarang," kata Manajer Proyek, David Lehman, usai menghadiri pesta pasca misi, dimana kue-kue dan minuman-minuman keras disajikan.
Kedatangan dua pesawat itu terpisah selama 24 jam. Drama tersebut terjadi pada malam tahun baru, saat Grail-A terbang di atas kutub selatan, membakar mesinnya sebelum mendarat di orbit bulan. Sehari setelahnya, Grail-B mengulangi manuver kembarannya tersebut.
Tepuk tangan pun membahana di ruang pengendali misi saat keduanya memberikan sinyal dalam kondisi bagus dan mulai mengelilingi bulan. "Segalanya bekerja jauh lebih baik dari yang saya harapkan," kata Lehman.
Para ilmuwan berharap terus mempelajari bulan. Pertanyaan penting saat ini adalah bagaimana benda angkasa tersebut terbentuk. Mereka akan menggunakan alat ukur gravitasi Grail yang akan menunjukkan apa yang ada di bawah permukaan bulan.
Pesawat luar angkasa sebelumnya telah berusaha mempelajari gravitasi bulan, yang kira-kira seperenam gravitasi bumi, dengan keberhasilan yang beragam. Grail diperkirakan akan memberikan para ilmuwan peta yang paling rinci mengenai gravitasi bulan serta pemahaman mengenai interior bulan, dari permukaan ke inti.
Pengumpulan data tersebut tidak akan dimulai sampai Maret nanti karena pesawat luar angkasa lain yang hampir mirip dengan Grail saat ini telah memperbaiki posisi mereka dan berputar-putar di posisi 34 mil di atas permukaan bulan.
WASHINGTON — Misi Kepler dari badan antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan telah menemukan dua planet seukuran Bumi yang mengorbiti sebuah bintang seperti Matahari dalam sistem tata surya kita, demikian NASA seperti dikutip Reuters, Kamis (22/12)
NASA menyebut penemuan ini adalah tonggak bersejarah dalam misi pencarian planet-planet serupa Bumi.
Kedua planet yang dinamai Kepler-20e dan Kepler-20f ini adalah planet-planet terkecil di luar sistem tata surya yang dikonfirmasi mengelilingi sebuah bintang seperti Matahari, demikian NASA.
Kedua planet baru ini terlalu dekat ke bintang mereka untuk bisa disebut berada di zona layak ditempati kehidupan (habitable zone) di mana ada air likuid pada permukaan planet.
"Penemuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa planet-planet seukuran Bumi ada di sekitar bintang-bintang lain (di luar Matahari) dan bahwa kita mampu mendeteksinya," kata Francois Fressin dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.
Kedua planet baru ini diyakini sebagai planet berbatu. Kepler-20e agak lebih kecil dibandingkan Venus, dengan radius 0,87 kali dari jari-jari Bumi.
Kepler-20f sedikit lebih besar dibandingkan Bumi dengan jari-jari 1,03 kali jari-jari Bumi. Kedua planet ini berada di sistem beranggotakan lima planet yang dinamai dengan Kepler-20, sedangkan jaraknya adalah 1.000 tahun cahaya dalam konstelasi Lyra.Kepler-20e mengorbiti bintangnya setiap 6,1 hari, sementara Kepler-20f mengorbit setiap 19,6 hari.Kepler-20f, yang bersuhu 800 derajat Fahrenheit, mirip dengan rata-rata hari planet Merkurius.
Suhu di permukaan Kepler-20e yang mencapai lebih dari 1.400 derajat Fahrenheit, bisa melelehkan kaca.
Teleskop ruang angkasa Kepler mendeteksi planet-planet dan calon planet dengan mengukur kekuatan cahaya lebih dari 150.000 bintang ketika planet-planet melintas di depan bintang-bintangnya.
JERUSALEM--Tulisan atau sekadar torehan tanpa arti? Itu yang kini bikin pusing arkeolog yang menggali di Kota Daud (David) Jerusalem. Dalam satu ekskavasi baru-baru ini, arkeolog menemukan satu set torehan di atas batu. Umur torehan itu, diperkirakan, ribuan tahun lalu. Arkeolog mengklaim temuan ini penting. Mengapa?
Bentuk torehan itu cukup unik. Menyerupai huruf V dan terbalik-balik. Torehan ditemukan di salah satu struktur bangunan, yang disebut arkeolog sebagai lantai.Torehan dalamnya dua inci dengan panjang 20 inci.
Temuan ini unik, karenaini satu-satunya torehan berbentuk demikian yang pernah ditemukan arkeolog di Kota Daud, Jerusalem. Tak ada keterangan apapun terkait temuan ini.
"Torehan ini sangat aneh dan membuat kami penasaran. Saya tak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata arkeolog Eli Shukron. Berdasarkan penanggalan relatif yang diambild ari serpihan keramik di sekitar lantai, diketahui bangunan ini telah digunakan sejak 800 tahun sebelum masehi.
Menurut arkeolog, temuan ini bertambah aneh karena konteksnya tak jelas. "Temuannya cukup besar dan berada tepat di sebelah kanan sumur kota Daud zaman dulu. Ini sepertinya penting," demikian arkeolog seperti dikutip Associated Press. Di ruangan di dekat temuan itu, para arkeolog berhasil menemukan lem
penngan batu besar. Dari periodenya, kemungkinan lempengan ini berasal dari masa sebelum Israel tiba. Kemungkinan besar, seluruh kompleks bangunan yang sedang digali itu bukanlah kuil Yahudi.
Temuan ini cukup penting bagi Palestina dan Israel. Karena lokasinya berada di lahan yang terus disengkatakan. Israel mencaplok lahan itu ketika perang 1967. Namun hingga kini Palestina masih mengakui pemilik sah lahan. Penggalian arkeologi pun kontroversial, karena dilakukan oleh LSM Elad.LSM ini erat hubungannya dari kelompok garis kanan Israel dan sangat pro permukiman atas Palestina. Saking bingungnya, arkeolog pun memajang foto temuan itu di Facebook untuk memancing minat masyarakat.
Apa sebenarnya arti torehan itu? Apakah berasal dari Palestina? Atau sebelum bangsa Yahudi datang menduduki? Anda mungkin tahu?
California, Para ilmuwan telah menemukan dua lubang hitam terbesar yang pernah diamati, masing-masing dengan massa miliaran kali lebih besar dari Matahari. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Nature, Senin (5/12).
Dua lubang hitam raksasa itu terletak di jantung sepasang galaksi sekitar beberapa ratus juta tahun cahaya dari Bumi. Setiap lubang hitam diperkirakan memiliki massa sekitar 10 miliar kali lebih besar dari Matahari, jauh melebihi lubang hitam terbesar yang sebelumnya ditemukan dan memiliki massa 6,3 miliar kali dari Matahari.
Tim peneliti dari University of California, Berkeley, yang dipimpin oleh Nicholas McConnell dan Chung-Pei Ma mengatakan satu lubang hitam terletak di NGC 3842, cluster galaksi paling terang sekitar 320 juta tahun cahaya dari Bumi. Lubang kedua merupakan "massa yang sebanding atau lebih besar" dan terletak di NGC 4889, galaksi paling terang di cluster Coma sekitar 335 juta tahun cahaya jauhnya.
"Kedua lubang hitam ini secara signifikan lebih besar dari yang diperkirakan," tulis para astronom. Mereka mengatakan, perhitungan menunjukkan bahwa proses evolusi yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan terbesar galaksi dan lubang hitam mereka daripada galaksi yang lebih kecil.
Para astronom juga sudah lama menduga bahwa sejak alam semesta dimulai telah memendam lubang hitam dengan massa ukuran dua raksasa yang baru ditemukan itu. Lubang hitam kosmik ini tumbuh secara bersama-sama dengan galaksi mereka, menghirup gas, planet dan bintang-bintang.
"Ada hubungan simbiosis antara lubang hitam dan galaksi mereka yang sudah ada sejak dulu," kata Kevin Schawinski, seorang astronom Yale dalam penelitiannya pada Juni lalu. (AFP/JAY/MEL)