1. Suara drumb-band tengah malam.
Sekitar tahun 80-an akhir, setiap tengah malam, di hari hari tertentu, kita orang jogja pasti mendengar suara drum-band. Kalau yang rumahnya barat, pastilah mengira asal suara itu dari timur, kalau dari selatan pastilah mengira itu asal suara drum-band dari arah utara, begitu pula sebaliknya. Anehnya, suara itu ketika dicari tidak ada satupun yang menemukan. Saya pernah minta kepada bapak untuk nonton itu drumb-band, lantas diantar sama bapak mencari asal suara itu, tapi tetap saja tidak ditemukan. Ini semua orang jogja asli pasti tahu.
2. Legenda Yu Darmi.
Beliau adalah legenda dunia malam pinggir kota. Dengan payung hitam dan baju hangat semacam sweater berkerah menutup leher, beliau "bekerja" menjadi PSK senior. Rumahnya kalo ndak salah diselatannya stasiun lempuyangan.
Waktu SD ketika saya berangkat setor koran naik sepeda pagi-pagi dari jalan Diponegoro ke stasiun tugu dan lempuyangan, saya sering berpapasan dengan beliau, bahkan beliau sering menyapa sesiapa yang masih terbangun dini itu di sekitar area lempuyangan kadang di utara Kridosono. Tapi apa yang dilakukannya waktu itu saya ndak mudheng.
3. Gauk (sirine-Jawa) pabrik gula Madukismo
Suara gauk yang meraung raung setiap jam 5.45, 6.00, 21.45, dan pukul 22.00. Suara ini akan terdengar setiap musim tebang tebu atau disebut cembengan, yaitu pada bulan April-Oktober.
4. Gauk pitulasan, 1 maret, dan 10 november.
Suara gauk ini berasal dari tower gauk di selatan pasar Gampingan (Serangan) selatan jalan. Dulu disitu ada tower jaman belanda yang selalu dibunyikan pada tanggal tanggal tersebut. Kalau tanggal 1 maret dan 10 November pasti dibunyikan tepat jam 6 pagi. Kalau pas pitulasan pasti jam 10 pagi. Pada saat gauk pitulasan dibunyikan, ada ritual kusus yang dilakukan para mahasiswa Institut Seni Indonesia, yaitu tiarap. Tapi akhir 80-an, tower yang sudah tidak berfungsi sejak awal 90-an itu sudah dirubuhkan karena dibelakangnya dibangun PLN baru. Sebelum PLN, bangunan pabrik anim yang terkenal angker.
5. Air Mancur
Dulu di tengah perempatan Kantor Pos Besar ujung jalan Malioboro ada air mancurnya. Lalu sekitar pertengahan 80-an air mancur itu dihilangkan seiring meningkatnya volume lalu lintas yang melewati perempatan itu. Lantas, lokasi NOL kilometer itu dinamakan Air Mancur. Kalau ndak percaya tanya aja sama kernet bus kota jalur 9 warna oranye itu.
6. Suminten Edan
Hahaha tokoh kethoprak ini sangat fenomenal sekali. Siapapun pasti pernah nonton ketoprak ini, enta itu nonton dirumah sendiri atau di tetangga. Ketoprak yang sangat menakutkan bagi anak-anak kecil, hahaha, apalagi suara tangis bayinya Suminten. Tokoh yang memerankan Suminten Edan adalah Marsidah, BSc., dari sanggar ketoprak Sapta Mandala pimpinan pak Widayat. Rumah bu Marsidah dari dulu sampai sekarang di selatan pasar Ngringin di Patangpuluhan.
7. Gito-Gati PS Bayu
8. Kethoprak Sayembara TVRI Jogja
9. Mbangun Desa
Cerita semacam opera sabun yang digunakan oleh pemerintah sebagai sarana untuk menyalurkan kebijakan-kebijakan yang bertitik pada pembangunan desa. Dikemas lucu dan dengan gaya jogja yang khas. Tokoh-tokoh dalam opera ini adalah: Den Baguse Ngarso (Drs. Susilo), Pak Bina, Bu Bina (Heru Kesawa Murti), Kang Sronto, Yu Sronto (yang aslinya adalah istri dari pemeran Pak Bina), Den Ayune Ngarso (Yati Pesek) Kuriman, dan terakhir ada Yu Beruk.
10. Obrolan Angkring
Sapa kelingan tokoh tokohe, ayo tulis kene. Nek aku masih ingat lagunya loh.
Warung angkring sebutane
Ra ngintelek ning mesti dho dikangeni
Mahasiswa, tukang becak, seniman lan senewen
kabeh ngumpul dadi siji dho gayenge
Ngobrol mrono, ngobrol mene kaya ahli
Wusanane ngrasani nggone tanggane
Aja-aja, aja keladuk sembrono, iso iso diciduk karo pulisi
Mangga-mangga, mangga lenggah wonten mriki
Lenggah nangkring, sego kucing, karo ngopi
Mangga-mangga, sing ra jajan mesti rugiii
11. Basiyo
Dagelan mataram ala Jogja yang digawangi oleh Alm. Basiyo, Alm. Ki Narto Sabdo. Ngabdul,dll. Dagelan yang bersahaja, lugu, cerdas, antisipatif, tidak sarkasme, dan sangat kental dengan kebudayaan dan cara hidup orang kebanyakan di Jogja.
untuk Mp3nya akan saya Upload di Blog ini...
12. Sujud Sutrisno
Seorang pengamen jalanan jogja yang khas dengan permainan kendang tunggal di selempangkan menyamping di perutnya. Mulai mengamen dengan kendang tunggal ini sejak ibuku belum lahir,,yaitu sebelum tahun 62, dan sampai sekarang mbah sujud masih mengamen dengan cara yang unik ini. Satu frase dalam lagunya yang terkenal adalah
"Tum, dundang mbokmu....."
13. Puk puk puk, ji walang kaji puk puk beruk dem dem
Masih ingat ga, tahun sekitar 80an pertengahan, ada opera Lebaran yang dibintangi oleh Didik Nini Thowok, Daryadi, Marwoto Kawer, dan Bu Titik (yang biasa jadi mbok mban di ketoprak). Dalam opera itu, Dhidik Nini Thowok dan Marwoto Kawer merapal mantra yang lucu dan masih saya ingat sampai sekarang.
Pok pok pok dem dem dem, ji walangkaji pok pok beruk dem dem dem;
....ora ngalor ora ngidul nunul menuk Dul....
hahaha
14. Ciri-ciri orang Bantul: pipi kanan hitam
Hahaha ini pomeo entah siapa yang memulai, yang jelas sejak saya masih kecil, thn 90an saya sudah mendengar tentang hal ini.
Jadi begini, dahulu, orang orang Bantul banyak sekali yang bekerja ke Kota Jogja. Ribuan orang bersepeda bersama memenuhi jalan jalan arteri utama Bantul-Jogja, seperti jalan Bantul, jalan Parangtritis, dan jalan Imogiri, baik pada pagi hari ketika datang maupun sore hari ketika pulang, berjajar 2-3 sepeda di sebelah kiri. Ketika berangkat kerja, mereka berbondong-bondong bersepeda menuju Kota yang berada disebelah utara, menuju arah utara, sehingga matahari pagi di timur lebih banyak menyinari sisi muka sebelah kanan. Begitu pula sebaliknya, ketika pulang, muka mereka sebelah kanan kembali terkena matahari sore di ufuk barat. Begitulah pomeo ini berlaku hahahaha.
15. Legenda LAMPOR
Ketika saya kecil, saya pernah diceritakan sama bapak kalau di malam-malam tertentu, orang orang disepanjang lembah Kali Code mendengar bunyi gemerincing dan derap kaki kuda. Dan ketika mereka mendengar itu, lantas serta merta mereka akan menutup pintu dan jendela. Ya, mereka bilang ada LAMPOR datang. Lampor adalah tentara dari kerajaan Ratu Pantai Selatan. Mereka datang dengan kereta kuda mengantarkan Ratu yang hendak berkunjung dengan kereta kencananya menuju Gunung Merapi melewati sungai Code. Tapi jaman dulu memang mereka benar-benar mendengarkan suara gemerincing itu. Jika suara itu datang, pendudu lantas menutup pintu lantaran takut dibawa serta ke Laut Kidul. Tapi suara itu terdengar benar-benar ada!!! Legenda tentang Lampor ini pernah dituliskan dalam sebuah cerpen oleh seorang tukang becak, tapi ketika tulisannya mendapat juara dalam sebuah kompetisi, dia menolak untuk menulis lagi.